 |
Foto :Istimewa |
Warta Sejarah – Taman Wilhelmina dibangun atas prakarsa Gubernur Jenderal Van De Bosch tahun 1834. Selain berfungsi sebagai kebun sayur bagi para opsir Belanda diwilayah tersebut, taman Wilhelmina juga merupakan salah satu tempat tamasya favorite bagi para pembesar Kompeni, serta tuan tanah yang menetap di sekitar Weltevreden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
 |
Foto :Istimewa |
Menurut cerita, nama Wilhelmina diambil sebagai bentuk penghormatan warga Hindia Belanda pada calon ratu Wilhelmina. Beberapa pengunjung yang kebetulan orang kaya pribumi membawa semacam bekal atau rantang makanan serta alas kain untuk menyajikan makanan begitu waktu makan siang datang. Pada taman itu terdapat juga monumen pendudukan Belanda di Aceh.
Hal menarik yang dapat diceritakan dari Taman Wilhelmina adalah,karena letaknya yang sangat dekat dengan Sungai Ciliwung pengunjung dapat mendengar suara gemericik air mengalir. Selain itu, di lokasi ini terdapat benteng bernama “Benteng (Citadel) Prins Frederik Hendrik”, yang oleh warga pribumi sering kali disebut sebagai “Gedung Tanah”, serta sebuah Monument “Waterloo” atau dikenal juga dengan nama “Atjeh Monument”. Sebuah monument yang dibangun untuk memperingati tewasnya para serdadu Belanda dalam perang diwilayah Nagroe Aceh Darussalam, “Batavia grondleggers gezag noord Sumatra”
Sayang, seiring perkembangan zaman kondisi Taman Wilhelmina semakin hari makin tidak terawat. Bahkan pada awal tahun 1950-an taman indah ini sempat berubah menjadi sebuah lokasi telantar dan sangat kotor. Hingga akhirnya atas permintaan Presiden Soekarno seluruh taman beserta bangunan yang terdapat di dalamnya ditata ulang. Dan areal bekas “Benteng Frederik Hendrik” didirikan Masjid Istiqlal oleh Bung Karno.
Sumber :fb/alialatas