Tugu Khatulistiwa Kota Pontianak

- Reporter

Sabtu, 25 Desember 2021 - 17:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : Istimewa

Warta Sejarah, Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indië: Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis equator di kota Pontianak dengan konstruksi sebagai berikut:
a. Tugu pertama dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah.
b. Tahun 1930 disempurnakan, berbentuk tonggak dengan lingkarang dan anak panah.
c. Tahun 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh opzicter / architech Silaban. Tugu asli tersebut dapat dilihat pada bagian dalam.
d. Tahun tahun 1990, kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang aslinya. Peresmiannya pada tanggal 21 September 1991.
Bangunan tugu terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter.
Diameter lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR (bahasa Belanda yang berarti Equator) sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter.
Tulisan plat di bawah anak panah tertera 109o 20′ OLvGr menunjukkan letak berdirinya tugu khatulistiwa pada garis Bujur Timur.
Pada bulan Maret 2005, Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan koreksi untuk menentukan lokasi titik nol garis khatulistiwa di Kota Pontianak. Koreksi dilakukan dengan menggunakan gabungan metode terestrial dan ekstraterestrial yaitu menggunakan global positioning system (GPS) dan stake-out titik nol garis khatulistiwa dikoreksi[pranala nonaktif permanen]
Hasil pengukuran oleh tim BPPT, menunjukkan, posisi tepat Tugu Khatulistiwa saat ini berada pada 0 derajat, 0 menit, 3,809 detik lintang utara; dan, 109 derajat, 19 menit, 19,9 detik bujur timur.
Sementara, posisi 0 derajat, 0 menit dan 0 detik ternyata melewati taman atau tepatnya 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari arah tugu saat ini. Di tempat itulah kini dibangun patok baru yang masih terbuat dari pipa PVC dan belahan garis barat-timur ditandai dengan tali rafia.
Mengenai posisi yang tertera dalam tugu (0 derajat, 0 menit dan 0 detik lintang, 109 derajat 20 menit, 0 detik bujur timur), berdasarkan hasil pelacakan tim BPPT, titik itu terletak 1,2 km dari Tugu Khatulistiwa, tepatnya di belakang sebuah rumah di jalan Sungai Selamat, kelurahan Siantan Hilir.
Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan “menghilang” beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.
Peristiwa titik kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan.
Sumber :Wikipedia, detik Travel
Baca Juga   Sisa-Sisa Kejayaan Kerajaan Banten Lama

Berita Terkait

Diluar Nalar !! Dibawah Tanah Sawah Bertahun Dicangkul Ternyata Candi Tertua Di Jawa
Tiap hari digali pasir ya dan dilewati truk, ternyata dibawahnya adalah kampung pemujaan era Mataram Kuno
Candi Kethek: Tergerusnya Hindu-Buddha & Bangkitnya Agama Asli Jawa di Akhir Majapahit
Gedung Bank Indonesia Cirebon dan Uang Kertas 500 Rupiah
Legenda Gunung Galunggung, Hingga Asal Usul Tasikmalaya Jawa Barat
Gayatri Rajapatni, Perempuan Paling Berbahaya Dibalik Kejayaan Majapahit
Pabrik Gula Popoh, Wonoayu, Sidoarjo (1946)
Legenda Gunung Slamet Di Jawa Tengah, Hingga Mitosnya Ramalan Jayabaya
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 8 Mei 2023 - 08:53 WIB

Camat Balongan Dampingi BPP Balongan Lakukan “Ubinan” Di Desa Sudimampir Lor

Rabu, 3 Mei 2023 - 08:07 WIB

Jalan Poros Desa Tenajar Lor di Betonisasi Guna Tingkatkan Perekonomian Warga

Jumat, 28 April 2023 - 11:03 WIB

240 Siswa SMPN 1 Lumbir Akan Ngebeg Bareng di Alun-alun Purwokerto

Jumat, 28 April 2023 - 10:50 WIB

Dinas Sosial Reunifikasi Orang Terlantar di Exit Tol Kandeman

Senin, 24 April 2023 - 23:49 WIB

H. Turmin Pendiri STIKES Indramayu Wafat

Sabtu, 22 April 2023 - 07:08 WIB

Perayaan Unik Rayakan Malam Takbiran di Kabupaten Indramayu

Selasa, 18 April 2023 - 08:39 WIB

Polres Indramayu Siapkan Pengamanan Mudik 2023

Selasa, 18 April 2023 - 04:03 WIB

Ratusan Guru PAUD di Kota Pekalongan Terima THR

Berita Terbaru

Kabar Duka

H. Turmin Pendiri STIKES Indramayu Wafat

Senin, 24 Apr 2023 - 23:49 WIB